Selasa, 14 April 2015

Surga Tersembunyi di Desa Sukaharja


Ini adalah perjalanan keempat gue dan akan menjadi perjalanan pertama yang gue tulis di blog gue. Perjalanan pertama ini gue mau menuju Gunung Batu Jonggol, namanya udah absurd dan tampak sangat tidak familiar di telinga gue. Diperjalanan pertama ini gue masih belum punya alat komunikasi ataupun kamera yang gue inginkan, rasanya itu cediiiih. Tapi tak apalah temen gue udah beli kamera, lebih tepatnya minjem kamera jadi semua diharapkan akan baik-baik saja.


Perjalan kami tahun 2014

Perjalanan kami untuk kedua kalinya tepat di bulan yang sama yang paling gue gak ngerti sama Fadli bajunya masih sama kaya tahun lalu gue curiga dia emang gak punya baju lagi

Pagi itu gue bangun jam 7.30 bergegas menyalakan kompor dan memanasi air. Gue ingin mandi  dengan air hangat, begitulah ceritanya. Sebelumnya, sebelum tanggal 3 April 2015 bisa dibilang seharian hujan telah menghiasi langit kota gue, kota Tangerang Selatan. Malamnya kami berkumpul. Gue, Harry dan Fadli untuk merencanakan perjalanan kedua kami dengan percaya dirinya gue berkata.


“Malam ini terang Bulan gue yakin besok bakalan cerah.”


Besok paginya tepatnya hari ini gue lihat cuaca, langit kurang begitu cerah! Apa yang salah? Gue berinisyatif membuka situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (atau lebih sering dikenal BMKG), sebelumnya bernama Badan Meteorologi, dan Geofisika (disingkat BMG) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.

Prediksi BMKG sebelum gue berangkat dan prediksi tersebut akurat

Prediksi mengatakan sampai dua hari kedepan akan turun hujan! Gue gak mau jadi orong bodoh yang terlalu cepat bertindak ataupun orang pintar yang terlalu lama berpikir, gue hanya ingin semua tepat disaat yang tepat. Karena prediksi mengatakan hujan berarti gue harus persiapkan semua perlengkapan dengan baik.


Akhirnya perjalanan pertama kami yang akan gue terbitkan di blog gue ini benar-benar terjadi. Perjalanan kami diawali dengan doa tepat di hari Jum’at 3 April 2015 pada awalnya kita berangkat pukul 9.00 tapi apalah mau dikata namanya juga Indonesia jamnya suka melar, akhirnya kita jalan pukul 11.00. Baru diawal perjalanan kami sudah mendapat cobaan! Celana Fadli pada bagian pantat robek.


Loh ini pantat siapa!!!

Setelah Fadli berganti celana kami bergegas menuju ke tempat penyewaan tenda di Jl. WR Supratman, Gg. Bacang No. 73 (Belakang Kampus UIN Jakarta) tapi sayang tempat penyewaan tendanya sudah berpindah. Kami sempat khawatir, untungnya kami direkomendasikan ketempat pindahnya penyewaan tenda tersebut. Secara singkat kami benar-benar menuju Gunung Batu Jonggol tepat pukul 13.00. beginilah rute perjalanan kami.


Ini awal perjalanan kami


Setelah mendapatkan tenda dengan penyewaan dua hari dengan biaya total Rp 50.000 kami berangkat dari UIN menuju Cileungsi untuk istirahat sebentar di tempat kakaknya Fadli. Total 3 jam waktu yang kita habiskan untuk mencapai Cileungsi dari kampus UIN.

Langkah kedua kami setelah berhasil mendapatkan tenda

Kita bersantai sejenak dikediaman kakaknya Fadli, makan nasi Padang, eh pas kita mau berangkat lagi kita malah dikasih uang. saat itu gue berpikir ingin main ketempatnya kakaknya Fadli setiap hari, kan numayan.

Kita istirahat sejenak di kediaman kakaknya Fadli

Akhirnya kita berangkat dengan keraguan walaupun awalnya gue menyarankan naik angkutan umum, bukan dengan menggunakan sepeda motor, kita akhirnya sepakat melanjutkan perjalanan dengan sepeda motor, di tahap ke tiga ini diperjalanan sangat menyenangkan karena tidak ada asap dari kendaraan seperti truk, karena jalan menuju Gunung Batu Jonggol di tahap ketiga ini sangat sejuk.

Trek tahap ketiga menuju Gunung Batu Jonggol

Penampakan Gunung Batu Jonggol dari kejauhan

Peta perjalanan jalur menuju Gunung Batu Jonggol dari Cileungsi

Akhirnya kita tiba di pintu masuk gerbang Gunung Batu Jonggol pukul 16.50 pintu masuknya sendiri bermedan batu berhubung prediksi BMKG bakalan hujan, sore itu di Bogor memang hujan, jalan yang harus kita lalu sengat sulit karena jalan berbatu menjadi licin membuat roda menjadi slip. Kami bersyukur kami tiba di kaki Gunung Batu Jonggol pukul 17.50 sayangnya kita hanya bisa menikmati senja di kaki gunung, padahal awalnya kita ingin menikmati matahari terbenam setidaknya berada di perjalanan ketika mendaki. tapi apalah arti matahari terbenam itu hanyalah sebuah bonus.

Pintu Gerbang Gunung Batu Jonggol
Trek menuju kaki Gunung Batu Jonggol

Tarif  parkir Gunung Batu Jonggol

Bonus yang kami lewatkan
Akhirnya kita tepat sampai di bawah Gunung Batu Jonggol tepat pukul 18.00 lihat saja foto di atas itulah sedikit bonus yang kami dapatkan. Setelah memakirkan motor dengan biaya Rp 20.000 kita lalu bergegas naik ke atas dan mendirikan tenda.

Trek awal menuju ke puncak Gunung Batu Jonggol
Sayangnya gue lupa kapan kita tidur pada malam harinya, walaupun informasi tersebut tidak penting. tetapi yang pasti ketika malam gue keluar tenda satu hal yang gue inginkan, suatu saat nanti gue akan bawa orang yang gue sayang berada di atas sini atau di tempat lainnya merasakan apa yang gue rasakan, berbagi rasa tentang keindahan malam, kerlap-kerlip lampu perkotaan, terangnya bulan, bintang dan indahnya kebersamaan.

Berikut ulasan foto perjalanan kami :

Makan malam kami

Pemandangan dari puncak Gunung Batu Jonggol menjelang matahari terbit

Tahap terakhir mencapai puncak

Pemandangan dari puncak



Bertiga mulu!

Minum kopi di puncak

Hidup hanya sekali dan muda hanya satu kali

Buat kamu, iya kamu!

Turun dari puncak Gunung Batu Jonggol

Pemandangan dari atas sampai ke bawah

Pemandangan dari bawah


Hidup hanya sekali dan muda hanya satu kali

Hidup hanya sekali dan muda hanya satu kali

Sarapan pagi

Gunung Batu Jonggol! Terima kasih!

2 komentar:

  1. jadi jonggol itu beneran ada ya? kirain itu cuma buat main-main doang :|
    fotonya bagus, langitnya cantik, biru sekali, suka deh.
    jadi pengen nanjak :(

    BalasHapus
  2. Ada Kak, di daerah Cileungsi, nanjak dong kak sekali-kali, nanti kalo udah punya anak gimana?

    "Mah udah pernah mendaki belum?" ungkap anak lo.

    "Belum Nak'" jawab lo.


    Saat itu anak lo akan bilang,


    "Mamah gak keren," hehehe.

    BalasHapus