Jumat, 18 September 2015

Ini Teruntuk Sahabat-sahabat Gue Tercinta


Apa kabar pembaca? Sudah lama banget gue engga nge-Blog, tempo hari netbook gue keypad-nya rusak, sekarang netbook gue suka mati sendiri. Itulah alasan kenapa gue jadi jarang nulis lagi di Blog. Bagaimana kabar kalian semua? Kalo gue lagi mau mencoba garap propasal skripsi nih.


Oh iya sekarang gue sudah masuk semester tujuh loh, itu berarti tahun depan gue sudah bertekad untuk lulus kuliah. Tapi kenapa gue merasa sedih yah saat nulis kalimat lulus kuliah. Kuliah gue banyak banget perjuangannya sob, jika diceritakan sedih deh pokoknya.


Kegelisahan apa yang akan gue bakalan tulis kali ini?  Gue mau nulis tentang Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Untuk pembaca gue yang masih sekolah gue kasih tahu yah, IPK itu rekapan nilai selama lo kuliah, IPK gue sendiri saat ini masih di bawah angka 3, jika gue boleh mengelak fokus gue terbagi dua antara kerja dan kuliah, wajarlah jika IPK gue biasa aja, tapi gue sebel sama temen-temen gue yang mendewakan IPK, menurut gue IPK memang penting namun nilai bukanlah segalanya.


Untuk semua mahasiswa yang mendewakan IPK, lo harus mengetahui hal ini!


IPK tidak menjamin pekerjaan lo nantinya
Kita selalu beranggapan bahwa dengan IPK kita yang di atas 3,5 itu akan menjamin masa depan kita kelak. Perusahaan yang kita lamar gak bakalan bertanya seberapa tinggi IPK kita. Melainkan etika, kemampuan dan pengetahuan kita yang bakalan dilihat perusahaan. Apa yang bisa lo berikan untuk perusahaan itulah yang akan dinilai, bukan IPK 3,5 lo yang dibanggakan saat kuliah itu.


IPK tidak menentukan seberapa pintar seorang mahasiswa
IPK bukanlah segalanya, karena bukan kepintaran yang membuat kita mampu menjawab soal ujian (yang menjadi faktor penentu IPK). Kita memang diajarkan untuk mengingat pelajaran bukan untuk memahami pelajaran yang kita dapatkan dan mempertangungjawabkannya di masyarakat, tetapi seberapa hebat kita mengingat pelajaran itulah yang menjadi penentunya.


Banyak orang-orang sukses tanpa bermodalkan ijazah
Salah satunya ialah Steve Jobs, ia merupakan orang sukses tanpa bermodalkan ijazah, apa lagi IPK di atas 3,5 yang kita banggakan itu. Steve Jobs tidak pernah menyelesaikan kuliahnya. Namun meski mengalami masa-masa susah kala memutuskan drop out, Jobs menyatakan keluar dari kuliah adalah salah satu keputusan terbaiknya.


Tahun 1972, Jobs masuk kuliah di Reed College di Portland, Oregon. Dia memutuskan drop out setelah baru 6 bulan kuliah. Jobs merasa tidak cocok dan tidak mau menghamburkan uang orang tua untuk ongkos kuliah.


Steve Jobs Gagal setelah memutuskan berhenti kuliah? Tidak, sesudah DO, perjalanan hidup Jobs berliku-liku. Dia pernah ditendang dari Apple tahun 1984. Padahal, Apple adalah perusahaan yang didirikannya bersama Steve Wozniak. Namun ia kembali sukses dengan menjadikan studio film Pixar bertaji di industri film animasi. Kemudian ia kembali pada Apple tahun 1997, lalu menjadikannya begitu jaya hingga sampai saat ini.


Mau apa lo setelah lulus nantinya?
Banyak banget temen gue yang kalo gue tanya, “Lo kalo lulus nanti mau jadi apa?” jawabnya pada “Gatau” itulah kenapa data dari Badan Pusat Statistik (BPS) terlihat seperti nyata jika jumlah pengangguran sarjana atau lulusan universitas pada Februari 2013 lalu mencapai 360 ribu orang, atau 5,04% dari total pengangguran yang mencapai 7,17 juta orang. Bayangkan men, apa lagi sekarang mata uang Dollar menggila, harga kebutuhan semakin tinggi, PHK ada dimana-mana, lo masih gatau ditanya lulus mau ngapain, tapi kita masih bangga-banggakan IPK kita yang tinggi itu?


Naif jika bilang IPK tidak terlalu penting
Tak dapat dipungkiri, IPK tinggi bisa melancarkan seleksi berkas lo saat melamar kerja nanti, namun pengalaman, pengetahuan dan kemampuan lo tidak bisa dilupakan begitu saja untuk menjadi daya tarik perusahaan selain nilai IPK.


Menulis itu sederhana. Menulislah dari hati, biarkan makna tersampai pada mereka yang mengerti

Gue percaya hal tersebut, biarkanlah tulisan ini sampai kepada mereka yang mengerti. Apa lagi teruntuk anak sastra, perhatikanlah EYD kalian saat nulis apapun, percayalah gue sedih melihatnya, gunakanlah tanda titik dengan benar, tempatkanlah penggunaan konjungsi (di) dengan tepat, malu sama jurusan, malu sama IPK yang kita yang tinggi itu.

4 komentar:

  1. gw udah baca ini, intinya nilai bukan segalanya, tapi cara orang melihat kemampuan kamu adalah lewat nilai. jadi bisa dikatakan nilai juga penting.

    BalasHapus
  2. ah iya gue juga percaya bahwa ipk itu bukan segalnya, karna banyak perusahaan perusahaan besar tuh cenderung melihat pengalaman kerja dan pengalaman organisasi kita ketimbang ipk, gitu sih setau gue, tapi kalo mau nyari beasiswa ke luar negri ipk harus 3 koma kan yah whehe

    BalasHapus
  3. Heheheh iya betul juga, asik tuh jika bisa dapat beasiswa. Tapi bukan beasiswa tidak mampu yaah, tapi sebetulnya mampu. Salam kenal.

    BalasHapus